Foto. Penandatanganan Deklarasi Sekolah Ramah Anak dan Anti Bullying Oleh Ketua Komite MTs Ponpes Yasrib Lapajung.
Wartasulselnews.com – MTs Ponpes Yasrib Lapajung melaksanakan deklarasi dan Komitmen Satuan Pendidikan Ramah Anak dan Anti Bullying.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dihalaman Mts Ponpes Yasrib Lapajung. Kamis (10/4/2025).
Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari tindakan perundungan.
Deklarasi ini melibatkan, Kemenag Soppeng, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng, DP3APPKB, BPBD, Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Madrasah, Ketua Komite, Guru, Tenaga Kependidikan, serta Siswa, dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan Bullying di Madrasah.
Deklarasi tersebut diawali dengan penyerahan penghargaan kepada santri yang jumlah terbanyak tampil memberikan ceramah pada bulan Ramadhan.
Kepala Mts Ponpes Yasrib Lapajung, Km. Husaini dalam sambutannya mengatakan bahwa Mts Pondok Pesantren Yasrib sudah melebarkan sayap dengan melakukan kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Soppeng.
“Tidak diminta-minta kalau ada bencana bahwa Santri kami siap untuk turun membantu. Olehnya itu kami menggandeng BPBD untuk memberikan pelatihan kepada anak-anak kami nantinya, ” ucap Husaini.
Sementara Ketua Komite MTs Ponpes Yasrib Lapajung, Dr. Nur Alim mengapresiasi prestasi santri yang luar biasa memberikan ceramah terbanyak selama Bulan Ramadhan.
“Kalau secara hitungan matematika 30 hari puasa ceramah 215 kali itu sulit untuk matematika tidak ada rumusnya, ini prestasi luar biasa, ” ucap Dr. Nur Alim.
Selain itu, kata Nur Alim yang sering menjadi pertanyaan bagi saya sebagai ketua komite apakah untuk pesantren ini yang termurah di seluruh dunia.
“Pembayaran bulanannya 400.000 tiga kali makan lengkap dengan biaya lampu, saya sampai saat ini belum mendapatkan jawabannya bagaimana bisa jalan, ” katanya.
Lebih lanjut Ketua Komite MTs Ponpes Yasrib yang juga Sekertaris Disdikbud Kabupaten Soppeng mengungkapkan bahwa selama penerimaan siswa baru, jumlah penerimaan di tingkat SMP pada tahun 2024 itu mulai menurun.
“Setelah ditelusuri ternyata masuknya di pesantren. Olehnya itu untuk semua untuk pesantren kita secara pribadi kita pendidik kami adalah pendidik dimanapun anak kita belajar dan semua proses yang jalan di sekolah adalah pendidikan, sehingga kehadiran Sekolah Ramah Anak (SRA) ini jangan bapak ibu takut memarahi anak dalam hal kebaikan. Karena SRA itu tidak berangkat dari hal tersebut,” ujarnya.