Oleh : Ahmad Saransi
Wartasulselnews.com – Beberapa menit setelah berlangsungnya debat kandidat Bupati Soppeng, berbagai reaksi langsung muncul di kalangan masyarakat, baik melalui pesan WhatsApp maupun telepon dari teman-teman yang merasa kecewa. Mereka mempertanyakan kualitas debat yang baru saja disaksikan dan menyesalkan hasil yang jauh dari ekspektasi mereka. Banyak yang merasa terpukul, mengingat Soppeng dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak orang pintar dan cerdas, baik dalam bidang pendidikan maupun kebijakan publik.
Namun, yang tampak dalam debat tersebut justru jauh dari harapan. Banyak warga Soppeng yang mengungkapkan rasa kecewa mereka, bahkan salah seorang di antaranya menyampaikan secara langsung bahwa mereka merasa “tertipu” dengan apa yang disaksikan. Ungkapan tersebut, “Sanreka Nabellèangnga” yang berarti “saya sandarkan harapan, ternyata kami tertipu”, menggambarkan betapa tingginya ekspektasi yang dibangun oleh masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang tampil, tetapi apa yang mereka perlihatkan justru mengecewakan.
Dalam debat tersebut, para calon tampak kurang mampu menunjukkan kedalaman visi dan misi mereka. Sebagian besar peserta debat terkesan lebih banyak mengulang jargon tanpa memberikan solusi yang konkrit terhadap masalah-masalah yang ada di Soppeng. Padahal, masyarakat Soppeng berharap lebih dari sekadar janji-janji. Mereka ingin mendengar gagasan-gagasan segar dan terukur yang bisa membawa daerah ini maju.
Beberapa faktor yang membuat debat tersebut terasa kurang memuaskan antara lain kurangnya substansi dalam jawaban para calon, minimnya penguasaan materi terkait isu-isu lokal yang sedang berkembang, serta kurangnya kemampuan dalam memberikan gambaran jelas tentang langkah-langkah konkret yang akan mereka ambil jika terpilih. Padahal, sebagai calon pemimpin daerah yang memiliki potensi besar, masyarakat tentu ingin melihat pemimpin yang bisa memberikan harapan dan inspirasi, bukan sekadar mengulang-ulang kalimat tanpa memberi solusi yang nyata.
Kekecewaan masyarakat ini sangat wajar, mengingat mereka mengenal Soppeng sebagai daerah yang penuh dengan potensi intelektual, yang seharusnya bisa melahirkan pemimpin dengan kualitas pemikiran yang lebih tajam. Harapan untuk melihat calon pemimpin yang mampu membawa perubahan besar kini terasa sirna, setidaknya setelah debat pertama ini. Ekspektasi yang tinggi dari masyarakat Soppeng seolah tidak sebanding dengan performa yang ditunjukkan oleh para kandidat.
Debat tersebut seharusnya menjadi momen penting untuk memaparkan rencana dan kebijakan yang realistis dan terukur, namun sayangnya, kesempatan tersebut tampaknya belum dimanfaatkan dengan maksimal. Kini, tugas besar para calon adalah membuktikan bahwa mereka mampu memberikan lebih dari sekadar kata-kata kosong, dan benar-benar memiliki visi yang akan membawa Soppeng menuju kemajuan yang selama ini diidamkan masyarakatnya. (*)