Wartasulselnews.com – Kakanwil Kemenag Provinsi Sulsel H. Ali Yafid menyatakan kesyukuran dan kebanggaannya atas kecepatan inisiatif dari Kakankemenag Soppeng dalam merespon implementasi Program Asta Aksi Kemenag Sulsel yang baru dilaunching di akhir Januari 2025 lalu.
Hal tersebut di ungkapkan H. Ali Yafid dalam acara Tudang Sipulung ASN Kemenag Soppeng di Aula PLHUT Kantor Kementerian Agama Kabupaten Soppeng. Selasa (11/2/2025).
Dalam arahannya, Ali Yafid membeberkan sejumlah kebijakan terbaik Kementerian Agama bagi aparaturnya seperti Pengangkatan seluruh Tenaga Honorer Kemenag menjadi PPPK serta peningkatan Kesejahteraan Pegawai, dan kita sama sama berdoa, semoga tunjangan kinerja aparatur kemenag bisa naik di angka 80 persen tahun ini, tambah Kakanwil yang diamini dan disambut tepuk tangan bergemuruh dari seluruh hadirin.
“Segala bentuk perhatian dan kebaikan yang telah kita terima dari Kementerian Agama, harus dibalas dengan pengabdian dan kerja nyata kepada institusi kita dalam mewujudkan Visi dan Misi Kementerian Agama, ” pinta Ali Yafid.
Selain Silaturrahmi dengan seluruh ASN Kemenag Kabupaten Soppeng, agenda kunjungan kerja Kakanwil di Bumi Latemmamala untuk, melaunching program Qeren Qur’an lansia Kelompok Pengajian Dasar Lansia di Kecamatan Marioriwawo.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Sulsel, H. Wahyuddin Hakim menyampaikan bahwa, kurikulum Cinta yang di gaungkan oleh Menag merupakan murni lahir dari pemikiran Pak Menteri sendiri dan ini sangat luar biasa, lahir dari ketulusan.
“Kurikulum Cinta ini masih berproses, sedang kita godok bersama tim yang telah dibentuk, karena ini tidak boleh hanya pemikiran satu orang atau sekelompok orang saja, tapi harus kita rumuskan bersama, yang pada gilirannya nanti kami harap praktisi bisa mengimplementasikannya,” ucapnya.
Dalam Kurikulum Cinta ini, lanjutnya, tenaga pendidik mapel lain, selain pelajaran agama dituntut menggunakan pendekatan multi kultural, dengan harapan peserta didik dapat memahami dan menghargai budaya orang lain.
“Ketika membagi kelompok peserta didik tidak boleh ada kelompok yang homogen, harus heterogen, mulai dari sisi etnis, agama dan lainnya. Dalam materi pembelajaran, materi-materi yang menyinggung peradaban, diupayakan peserta didik dapat mengenal budaya lain, sehingga bisa menghargai orang lain,” katanya mencontohkan.