SOPPENG—Festival Budaya Gau Maraja La Patau Matanna Tikka 2023 resmi dibuka dan berlangsung meriah.
Acara pembukaan digelar di Lapangan Gasis dan Anjungan I Mangkawani Soppeng, Sabtu malam (15/07/ 2023).
Acara diawali dengan pembacaan doa oleh A. Muhammad Ikram A. Kaswadi dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia oleh A. Sumangerukka.
Dalam laporannya Andi Sumange mengatakan, bahwa Festival Gau Maraja La Patau Matanna Tikka 2023 akan berlangsung selama 4 hari dimulai malam ini Tanggal 15 sampai 18 Juli 2023.
“Gau Maraja La Patau Matanna Tikka merupakan kolaborasi kerjasama antara perkumpulan “Wija Raja La Patau Matanna Tikka” (PERWIRA LPMT), Pemerintah Kabupaten Soppeng dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Sulselbar serta Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin”, ucap A.Sumangerukka.
Dalam festival ini ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan mulai seminar internasional yang pesertanya berasal dari luar negeri diantaranya dari Belanda, Jepang, Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Inggris, Singapura dan Filiphina hingga pemutaran Video Mapping Soppeng.
“Selain Seminar, juga jelajah budaya, pameran UMKM makanan tradisional, pameran benda pusaka, kirab budaya, pertunjukan permainan seni tradisional, festival seni budaya, pertemuan Wija Raja Lapatau Matanna Tikka, ziarah ke makam raja-raja, pertemuan pakar budaya termasuk pencanangan geopark walennae Kabupaten Soppeng serta video Mapping Soppeng”, jelas A. Sumangerukka.
Sementara Bupati Soppeng A. Kaswadi Razak menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh undangan dan peserta seminar internasional yang telah hadir.
Dikatakan bahwa Festival Budaya Gau Maraja Matanna Tikka kali ini, dilaksanakan di Soppeng yang sebelumnya telah dilaksanakan di Kabupaten Bone.
“Di Soppeng sendiri festival budaya yang dilaksanakan untuk pertama kalinya berlangsung megah. Dirinya berharap event selanjutnya bisa lebih megah lagi,”kata Kaswadi.
Di Jelaskan bahwa La Patau adalah sosok pemimpin yang jujur dan tegas, beliau adalah penganut Islam yang taat,ia berharap wija atau anak cucu La Patau dapat meneladani sosok kharismatiknya, jelasnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan tarian kolosal “Mappasiame Wanua” dalam tarian “Mappasiame Wanua” ini juga di peragakan ritual “Mappatettong Bola” (mendirikan rumah) dijadikan sebagai media, yang mana menggambarkan bagaimana sikap gotong royong dan kebersamaan dijadikan simbol dalam melaksanakan sesuatu. Termasuk merajut hubungan sosial, ekonomi dan budaya serta kepercayaan.(Rizal)