SOPPENG – Masyarakat atau umat muslim yang buta aksara Al Quran di pelosok daerah Indonesia masih terbilang tinggi.Untuk memberikan solusi hal tersebut, penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Marioriwawo, Dr.Sidrah, S. Ag,M.Pd.I menyusun program dan metode wisata religi pemberantasan buta aksara Al Quran.
Metode ini sudah beberapa kali ia laksanakan, sejak tahun 2018 hingga sekarang dengan mengunjugi tempat wisata sambil memberikan bimbingan baca tulis Al-Quran. Metode yang diterapkannya tak hanya bagi kalangan remaja, tapi juga diperuntukkan bagi masyarakat lanjut usia.
Sidrah menuturkan bahwa metode ini merupakan salah satu metode alternatif upaya peningkatan literasi Al-qur’an .
“Jadi maksud dari metode ini untuk memberikan suasana baru bagi jamaah,sehingga tidak jenuh belajar mengaji,” ujar Dr.Sidrah.Minggu (9/7/2023).
Dengan adanya metode ini.Tercatat, masyarakat binaannya sudah mencapai ratusan orang dari wilayah Kecamatan Marioriwawo dan sudah berjalan hampir 10 tahun, bahkan sejak Sidrah masih berstatus Penyuluh Agama Non PNS. Dia pun mengaku bersyukur melihat antusiasme masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Dikatakannya bahwa penyuluh Agama Islam Kecamatan Marioriwawo tak hentinya merancang inovasi dan metode pembinaan keagamaan. Saat ini kami menerapkan metode wisata religi bagi kelompok pengajian dasar Ibu Rumah Tangga (IRT).
“Metode wisata religi ini pada intinya untuk menambah wawasan keagamaan binaan sambil berwisata, menambah iman dengan tadabbur alam, menjalin silaturahmi, serta yang paling penting adalah menghilangkan kejenuhan ibu ibu rumah tangga dalam belajar Al Qur’an” ujarnya.
Menurut Sidrah metode ini sangat diminati masyarakat binaan sehingga para penyuluh agama islam juga lebih mudah menyukseskan program pemberantasan buta aksara al Qur’an di Kecamatan Marioriwawo.
“Alhamdulillah, melihat antusias masyarakat mengikuti pembinaan dan pembelajaran Al Qur’an dengan metode ini akan mempermudah kami penyuluh agama islam untuk memberantas buta aksara al Qur’an” ucapnya.
Dalam pembinaan metode wisata religi, masyarakat dibekali pembelajaran dasar al qur’an disertai tajwid, kemudian diselingi tauziah untuk lebih menambah wawasan keagamaan masyarakat.(Rizal)