Oleh.Andi Muh. Akhyar,M.Sc
(Direktur Sekolah Astronomi Islam Indonesia dan Dosen Fisika FMIPA UNG)
SOPPENG – “Apabila kalian melihatnya (hilal Ramadhan), maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya (hilal Syawal), maka berbukalah (berlebaranlah). Tetapi jika mendung (tertutup awan) maka estimasikanlah (Ramadhan) menjadi 30 hari (HR. al-Bukhari dan Muslim).”
Dalil ini menjadi landasan pemerintah dalam menentukan awal masuknya bulan Islam,termasuk bulan syawal untuk penetapan Hari raya Idul Fitri tahun ini.
Jika ada laporan keterlihatan hilal,maka data tersebut akan diverifikasi terlebih dahulu oleh tim kementerian agama, apakah hilalnya autentik atau tidak. Salah satu kriteria autentifikasi hilal oleh pemerintah dengan melihat dua parameter, ketinggian dan jarak lengkung bulan matahari.Hilal yang autentik menurut pemerintah adalah hilal dengan ketinggian 3 derajat dan jarak lengkung bulan 6.4.derajat. Penetapan ketinggian hilal 3 derajat ini diadopsi dari hasil penelitian Muhammad ilyas. Adapun jarak lengkung bulan dan matahari,pemerintah menguatkan nilai 6.4.derajat dengan berdasar pada hasil penelitian Muhammad Odeh. Kedua tulisan tersebut terbit di Jurnal internasional bereputasi.
Hasil ratusan data rukyat hilal dari dua penelitian di atas cukup meyakinkan pemerintah hingga meresmikan bahwa hilal yang paling minimal bisa dirukyat adalah ketinggian 3 derajat dan jarak lengkung 6.4 derajat. Dengan kata lain, belum ada data penelitian yang kredibel yang melaporkan keterlihatan hilal jika parameternya di bawah dari dua kriteria tersebut. Dua kriteria inilah yang dikenal sebagai kriteri inmanurukyat Neo-MABIMS 364.
Jika hilal yang dilaporkan memiliki ketinggian dan jarak yang sama atau lebih besar dari parameter tersebut maka itu hilal yang autentik sehingga laporannya layak diterima. Sebaliknya,jika ada laporan keterlihatan hilal tapi salah satunya apalagi keduanya tidak mencapai kriteria minimal, maka diyakini yang dilihat itu bukan hilal. Boleh jadi planet yang dekat dengan bulan atau mungkin gumpalan awan yang menyerupai hilal. Selain itu,faktor psikologi juga bisa menjadi sebab kasus salah lihat hilal. Keinginan untuk segera memasuki bulan tertentu atau adanya kelender hisab tertentu boleh jadi mendorong sisi psikologi seseorang untuk ‘merasa’ melihat hilal. Ini pernah dikaji oleh Ayman Kordi yang juga terbit di jurnal internasional bereputasi.
Hilal yang terlaporkan tapi tak memenuhi kriteria mininal maka akan ditolak oleh Pemerintah. Penerimaan terhadap laporan yang yang autentik akan menjadikan pemerintah mengumumkan masuknya awal bulan pada mulai dari saat itu. Namun penolakan terhadap sebuah laoran keterlihatan hilal atau memang tidak ada laporan sama sekali akan menjadikan pemerintah memutuskan bulan berjalan digenapkan 30 hari.
Kaidah ini didasarkan pada pandangan ulama Syafiiyah Syaikh Taqiyuddin ab-Subhki (wafat 756 H). Menurutnya, penetapan awal bulan Islam harus menggunakan rukyat sebagai bentuk ubudiyah namun penolakan hasil rukyat bisa dilakukan dengan hisab. Sayyid Abu Bakar Syatha di dalam Hasyiyah I’anah al-Thalibin menerangkan, “Jika satu orang atau dua orang bersaksi bahwa dia atau mereka telah melihat hilal sementara secara hisab hilal tak mungkin terlihat, maka menurut al-Subki kesaksian itu tidak diterima, karena hisab bersifat pasti sedangkan rukyat bersifat dugaan, tentu yang bersifat dugaan tidak bisa mengalahkan yang pasti.
Pada tanggal 29 Ramadhan (20 April 2023) Pemerintah akan adakan rukyatul hilal di ratusan tempat di seluruh Indonesia. Jika tidak ada yang melihat maka bulan ramadhan akan dicukupkan 30 hari dan lebaran ditetapkan Sabtu tanggal 22 April 2023. Jika ada yang melihat dan data hilalnya memenuhi syarat minimal, maka dianggap Ramadhan telah berakhir dan Jumat, 21 April 2023 akan ditetapkan sebagai tanggal 1 Syawal 1444 H.
Perhitungan astronomi dengan akurasi tinggi mampu menghitung posisi akurat hilal pada tangga 20 April 2023. Saat matahari terbenam, tinggi hilal di Indonesia berada pada rentang 0.75 hingga 2.36 derajat. Jarak lengkungnya dengan matahari antara 1.48 dan 3.09 derajat. Tentu, nilai ini masih di bawah dari standar autentifikasi hilal pemerintah. Meskipun saat itu ada yang ‘merasa’ melihat hilal dan melaporkan,maka laporannya akan ditolak. Pengalaman Muh.Ilyas dan Muh.Odeh yang telah mengumpulkan ratusan data dan telah diuji oleh para pakar falak internasional, dianggap lebih kredibel dibandingkan laporan beberapa orang tersebut.
Dengan demikian, dapat ditebak bahwa sidang istbat pada hari Kamis 20 April 2023 nanti akan menetapakn 1 Syawal Jatuh pada tanggal 22 April 2023,InsyaAllah.(*)